Google Transtools

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Buku Tamu

Tampilkan postingan dengan label Ekonomi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ekonomi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 26 Februari 2012

Jika Negara Tanpa Trotoar

Seberapa sering kau menggunakan Trotoar yang disediakan khusus bagi pejalan kaki? Dan bahkan banyak orang lebih senang turun ke jalan untuk menghindari hiasan trotoar.
Ya,… hiasan yang ternyata lebih membuat trotoar sempit dan sulit berpapasan dengan orang lain. Anggap saja itu bunga yang katanya hasil kerja kader wanita ataupun tanaman hias milik Pemda, tapi kenapa harus memakan banyak tempat di trotoar? Itu bagus, artinya sepanjang jalan nanti akan dipenuhi hiasan dan setidaknya lebih terlihat asri. Bagaimana mana denganmu? Pejalan kaki kini mau tak mau harus berjalan di aspal dengan alasan lebih cepat tanpa harus menunggu giliran ‘lewat’ saat saling berpapasan.


Trotoar Sangat Penting Bagi…

…kami, pedagang kaki lima yang tak punya lahan bisnis dipinggir jalan. Yang berjalan harus mengalah tatkala mereka membentangkan gerai diatas trotoar. Tak sedikit yang memajang barang bagus seperti sepatu, ikat pinggang, dompet, kaca mata, dan belakangan ada yang nekat memajang pakaian dalam. Ini bisnis, dimana kesempatan itu datang dan siap menampung uang sebelum Pamong Praja datang. Nyatanya, dagangan di sekitar trotoar memang menarik simpati kalangan menengah & bawah, dan justru itu jumlah mereka kini kian bertambah.
Bukan hanya trotoar, bahkan sebagian jalan terkadang di buat gerai di pagi hari. Ya,… pastinya kita tak akan terkejut melihat pedagang kaki lima yang nekat membuka dagangannya di sebagian badan jalan, pasar pagi.
“Pamong Praja! itu urusan belakang, yang penting dagang dan gusur menggusur, itu soal nanti!”

Trotoar, Semua Boleh Pakai

Menerjang macet di pagi hari yang melintasi trotoar dengan sepeda motor, tak heran kan? Dan memang itu sudah menjadi hal biasa karena jumlah pejalan kaki pun jauh lebih sedikit dibanding pengendara motor. Seperti di sudut kota ini, pejalan kaki identik dengan anak kost yang berada di seputar kampus dan sering memenuhi trotoar. Di pagi hari? Jangan harap, mereka terkadang tersendat dan harus berjuang melawan ramainya motor di trotoar.
Jangan heran kalau menemukan kenderaan di trotoar, itu bukan pameran ataupun undian walaupun tepat berada didepan sebuah Bank. Sepertinya lahan parkir di negara ini tidak cukup luas hingga harus mengusur pejalan kaki turun kejalan. Seperti itu pula tempat sampah yang di letakkan tepat berada di trotoar yang jelas akan membuat pejalan kaki turun kejalan dengan sendirinya.


Lain hal dengan badan usaha yang juga ikut menggunakan trotoar sebagai salah satu daya tarik mereka. Anggap saja sebuah banner & iklan yang dipasang dari pagi hingga sore, atau sebuah cafe yang terang terangan menggelar meja & bangku tepat berada diatas trotoar. Bahkan mereka terlihat sangat konyol ketika membuat dinding pembatas di trotoar, ya… dinding pembatas yang lebih mirip sebuah pagar.

Pentingkah Trotoar Bagimu?

Secara tak langsung negara ini hampir tak memiliki trotoar dengan beberapa kasus diatas. Yang ada difikiran saya bahwa di banyak negara, trotoar merupakan fasilitas umum yang vital dan tak bisa dianggap sebelah mata. Tak heran jumlah kenderaan semakin meningkat karena tempat melangkahkan kaki pun sudah sangat sulit. Kini, apakah kita masih berjalan di trotoar atau memang lebih senang turun ke jalan dengan resiko kecelakaan? Jalanan semakin ramai dan tidak seharusnya kita turun ke jalan.
Siapa yang salah? Bukan mereka yang duduk, tapi kita memang tak pernah ‘cerewet’ ketika pihak lain mengambil keuntungan di trotoar.

Berbagi Sarapan Sampah, Mau-?….

Ketika petugas kebersihan harus berebut sampah dengan Pemulung dan Pencari Makanan Ternak di pagi hari, akur walaupun hanya berbagi sampah.
Tak seperti pembagian sembako yang riuh dengan keributan dan kerusuhan didalamnya, tak sedikit yang jatuh bangun demi memperoleh sembako gratis. Pagi hari,… dimana kesibukan kota berlangsung dan kita akan melihat petugas kebersihan berbagi sampah dengan pemulung.

Sampah Lebih Berguna Dibanding Sepiring Sarapan

Aku pernah bertanya kepada seorang pemulung yang mengangkut sampah melalui becak, mereka sarapan setelah selesai berbagi sampah dengan petugas kebersihan. Dan itu lebih berharga daripada sepiring nasi yang dilahap menjelang makan siang.

Jawaban yang sederhana, tapi begitu menyentuh ketika mendengar masih banyak warga negara ini yang masih menunda sarapan demi sesuap nasi esok hari. Tak beda dengan petugas kebersihan yang juga ikut memilah sampah berharga nantinya. Begitupun masih banyak orang yang membuang sisa makanan yang sebenarnya masih layak di konsumsi. Bukannya aku kasihan terhadap pemulung dan petugas kebersihan itu, tapi setidaknya sampah kotor dan menjijikkan bisa dikurangi.
Berfikir,… kenapa orang lain sanggup tak sarapan dan kita sibuk bergegas membuang sisa makanan di pagi hari.
Ada tiga pelaku yang ikut membersihkan sampah di pagi hari, pemulung, petugas kebersihan, dan pencari makanan ternak. Ya,… makanan ternak sejenis ‘Babi’ yang di beri makanan sisa dari tong sampah. Mereka berbagi sampah hingga akhirnya pemulung membawa sampah daur ulang, dan petugas kebersihan membawa sisa-sisa sampah organik yang tidak terbawa si pencari makanan ternak.
Banyak orang yang menganggap bahwa pengelolaan sampah menjadi salah satu masalah besar, tapi sebenarnya semua itu bisa teratasi dan menghindari semakin besarnya TPS. Maksudku begini, si pemulung mengambil sampah daur ulang, si peternak mengambil sampah sisa makanan, dan tentunya yang tersisa akan dibawa petugas kebersihan (sebagian besar hanya berisi sampah organik yang bisa di olah menjadi pupuk). Aku hanya membayangkan ketika ketiga pelaku ini bekerjasama dalam pengelolaan sampah maka TPS tak membutuhkan tempat yang cukup besar, bukan? Pada akhirnya, TPS hanya menampung sampah (limbah) kimia yang memang
tak bisa
sulit di daur ulang.
Berfikir,… kenapa pemulung, petugas kebersihan dan pencari makanan ternak cukup cerdas dalam pengolahan sampah, padahal mereka tak sarapan. Kamu,…. apa yang sudah dilakukan usai sarapan???

Rabu, 22 Februari 2012

Kaya Dan Miskin

Kaya dan miskin, banyak orang menganggap sebuah batasan hidup menjadi lebih besar hanya karena dua golongan, yang sebenarnya masing-masing memiliki ketergantungan.
Ini hidup yang kaya warna tanpa kita sadari bahwa miskin adalah anugerah terbesar dalam hidup dibandingkan hidup bergelimang harta. Dalam miskin kita bisa lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dan terkadang memiliki rasa cemburu yang berlebihan. Kaya lebih dipandang orang menjadi patokan hidup, tapi sebenarnya kita tak sepenuhnya mengetahui dari mana mereka memperoleh harta. Terkadang, si Kaya sibuk memikirkan bagaimana menambah dan menyelamatkan hartanya.
Kaya akan selalu mencari miskin untuk memberikan sebagian hartanya sebagai pembersihan, dan miskin selalu mengharapkan kehadiran tangan suci si Kaya untuk membantu hidupnya menjadi lebih baik. Kaya dan miskin adalah suatu rantai dan akan selalu mengikat satu sama lain. Hidup hanya sekali, kita dilahirkan dalam keadaan miskin tanpa membawa harta.
Jangan pernah menyesali ketika miskin berada di lingkungan kita karena mereka adalah anugerah bagi Anda untuk tetap disebut Kaya dan selalu di sanjung si Miskin hingga lupa siapa Anda sebenarnya.
Untukmu, sekali dalam hidup untuk mengulurkan tangan kepada si Miskin agar tetap dirimu disebut si Kaya. Anda tak akan di sebut Kaya jika belum pernah ‘membantu’ si Miskin menjadi layak hidupnya, bahkan Anda akan disebut miskin dibalik harta yang tersimpan.
Inilah negara kita yang menyimpan banyak budaya dan beragam agama, tak sedikit dari kita yang memiliki hidup lebih dari cukup. Yang kaya sibuk menambah harta benda tanpa pernah membantu kehidupan si Miskin. Hidup bukan hanya ber-zakat, memberi sekarung beras di hari lebaran dan ber-infaq, atau Anda lebih senang agar tetap ‘dipandang’ di tengah-tengah lingkungan miskin?

Rabu, 15 Februari 2012

Rasa Keadilan yang Hilang ditanah Papua

Di tahun 2011 yang lalu Rakyat Papua bergejolak. Diawali kasus mogok karyawan di areal pertambangan PT Freeport Indonesia di Timika, Papua. Mereka meminta perusahaan memenuhi tuntutan pekerja tentang kesejahteraan. Namun demonstrasi ini berubah mencekam saat terjadi penembakan misterius yang menewaskan sejumlah orang pekerja PT Freeport Indonesia.

Belum juga tragedi berdarah ini selesai, desakan memerdekakan diri datang dari sebagian masyarakat Papua melalui Kongres Rakyat Papua III yang berlangsung di Padang Bulan, Abepura, Jayapura. Masih sama, kongres ini pun berujung pertumpahan darah saat aparat keamanan melakukan pembubaran kongres.

Ada apa dengan Papua?

Berikut Keterangan wawancara OkeZone dengan Psikolog Sosial, Ahmad Chusairi

Papua kembali bergejolak, secara psikologi masyarakat Papua, apa yang tengah terjadi di sana?

Dari segi aspirasi, sudah lama masyarakat Papua merasakan ketidakadilan. Pertama, masalah pembangunan kawasan Papua yang dapat dikatakan tertinggal dari kawasan Indonesia lainnya. Kedua, eksploitasi sumber daya alam besar-besaran tapi distribusi tidak ada. Ketiga, masalah deprivasi, banyak sumber daya manusia masih terbelakang di Papua.

Sejak masa Orde Baru, Papua memang seolah cuma dieksploitasi. Kultur masyarakat yang tertutup membuat pemerintah cenderung menggampangkan masyarakat Papua. Karena terlepas dari intervensi luar, masyarakat Papua dengan kulturnya tersebut lemah dalam memobilisasi pergerakan massa.

Apa akibat persepsi ketidakadilan ini?

Mereka berpikir Pemerintah Jawa mengeksploitasi, melanggar hak adat, karenanya ada keinginan sebagian masyarakatnya untuk memerdekakan diri.

Lantas apa yang harus dilakukan pemerintah?

Mengubah persepsi. Pemerintah harus memberikan janji-janji, entah lewat operasional, seperti memperbesar penghasilan, pembangunan infrastruktur. Tetapi harus dilakukan secara komprehensif, jangan sekedar memperhitungkan eksistensi.

Karena faktanya, proyek-proyek yang dilakukan di Papua toh tetap saja menggunakan sumber daya dari Jawa. Masyarakat Papua tetap tidak dominan, tidak terlibat di tanah kelahirannya sendiri. Ini disebabkan masalah keterbelakangan sumber daya manusia lokal yang harus jadi konsen pemerintah.

Penanganan pemerintah selama ini bagaimana?

Persoalan Papua lebih dipandang sebagai persoalan keamanan dibanding pembangunan.

INGIN DOMAIN GRATIS 100% , -.COM-.NET-.ORG

INGIN DOMAIN GRATIS 100% , -.COM-.NET-.ORG
Syarat Cuman Menambahkan Teman/Pengguna (REFER FRIENDS) minimal 9 pengguna Max. 16 Pengguna.

Arsip Blog