Tampilkan postingan dengan label Kapitalis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kapitalis. Tampilkan semua postingan
Rabu, 15 Februari 2012
Kesucian Terusik Batu yang Menangis
Penduduk Rammang Rammang menyebutnya Bulu' Barakka'. Nama itu dalam
bahasa Bugis berarti gunung yang penuh berkah. Di sana ditemukan sumber
mata air. Penduduk bercocok tanam di sawah yang terhampar di bawah
kakinya. Mata air itu mengairi sawah penduduk.
Lokasinya tepat berhadapan dengan
permukiman penduduk. Menjulang ketinggian sekira 700 meter di atas
permukaan laut (mdpl) luasnya sekira 40 hektare, Bulu Barakka menjadi
salah satu menara dari perbukitan batu kapur di kawasan Rammang Rammang.
Dari jauh, Bulu' Barakka' terlihat seperti menara dengan permukaan
batuan kapur dengan vegetasi beragam.
Label: Media Bacaan
EDITORIAL,
Feodal,
Kapitalis,
natural,
Neoliberalisme
Rasa Keadilan yang Hilang ditanah Papua
Di tahun 2011 yang lalu Rakyat Papua bergejolak. Diawali kasus mogok karyawan di areal
pertambangan PT Freeport Indonesia di Timika, Papua. Mereka meminta
perusahaan memenuhi tuntutan pekerja tentang kesejahteraan. Namun
demonstrasi ini berubah mencekam saat terjadi penembakan misterius yang
menewaskan sejumlah orang pekerja PT Freeport Indonesia.
Belum
juga tragedi berdarah ini selesai, desakan memerdekakan diri datang dari
sebagian masyarakat Papua melalui Kongres Rakyat Papua III yang
berlangsung di Padang Bulan, Abepura, Jayapura. Masih sama, kongres ini
pun berujung pertumpahan darah saat aparat keamanan melakukan pembubaran
kongres.
Ada apa dengan Papua?
Berikut Keterangan wawancara OkeZone dengan Psikolog Sosial, Ahmad Chusairi
Papua kembali bergejolak, secara psikologi masyarakat Papua, apa yang tengah terjadi di sana?
Dari
segi aspirasi, sudah lama masyarakat Papua merasakan ketidakadilan.
Pertama, masalah pembangunan kawasan Papua yang dapat dikatakan
tertinggal dari kawasan Indonesia lainnya. Kedua, eksploitasi sumber
daya alam besar-besaran tapi distribusi tidak ada. Ketiga, masalah
deprivasi, banyak sumber daya manusia masih terbelakang di Papua.
Sejak
masa Orde Baru, Papua memang seolah cuma dieksploitasi. Kultur
masyarakat yang tertutup membuat pemerintah cenderung menggampangkan
masyarakat Papua. Karena terlepas dari intervensi luar, masyarakat Papua
dengan kulturnya tersebut lemah dalam memobilisasi pergerakan massa.
Apa akibat persepsi ketidakadilan ini?
Mereka
berpikir Pemerintah Jawa mengeksploitasi, melanggar hak adat, karenanya
ada keinginan sebagian masyarakatnya untuk memerdekakan diri.
Lantas apa yang harus dilakukan pemerintah?
Mengubah
persepsi. Pemerintah harus memberikan janji-janji, entah lewat
operasional, seperti memperbesar penghasilan, pembangunan infrastruktur.
Tetapi harus dilakukan secara komprehensif, jangan sekedar
memperhitungkan eksistensi.
Karena faktanya, proyek-proyek yang
dilakukan di Papua toh tetap saja menggunakan sumber daya dari Jawa.
Masyarakat Papua tetap tidak dominan, tidak terlibat di tanah
kelahirannya sendiri. Ini disebabkan masalah keterbelakangan sumber daya
manusia lokal yang harus jadi konsen pemerintah.
Penanganan pemerintah selama ini bagaimana?
Persoalan Papua lebih dipandang sebagai persoalan keamanan dibanding pembangunan.
Label: Media Bacaan
Ekonomi,
KABAR RAKYAT,
Kapitalis,
Neoliberalisme,
Politik
Langganan:
Postingan (Atom)
INGIN DOMAIN GRATIS 100% , -.COM-.NET-.ORG
Arsip Blog
-
▼
2012
(53)
-
▼
Februari
(53)
- Ketika Sandal Tak Lagi Diperlukan
- Mulut Mu, Laboratorium Ku
- Jika Negara Tanpa Trotoar
- Membuang Cat Di Atas Aspal
- Keselamatan Pengendara Bergantung Pada Iklan
- Lahan Parkir Gratis, Stok Terbatas!
- Bencana Banjir Dan Pentingnya Kanal
- Berbagi Sarapan Sampah, Mau-?….
- Pemakaman, Tak Jauh Beda Dengan TPS
- Buanglah Sampah Seenaknya
- Anak Jalanan Aset Negara-?
- Bangsaku Bukan Pemalas Melainkan Pekerja Keras
- Kaya Dan Miskin
- Miskin Dan Becak Tua
- Tidak akan ada lagi Sebutan “ANAK HARAM”
- Presiden RI telah melanggar UUD 1945, terkait peng...
- Orang Bijak Mengatakan "Mundur Lebih Baik dari pad...
- Kesucian Terusik Batu yang Menangis
- Rakyat Butuh Pemimpin Tegas Bukan Bergaya Militer
- Desakan Pembubaran Front Pembela Islam (FPI)
- Ujar Habib Selon : Silakan Hukum Anggota Ane, FPI ...
- Alasan Mengapa Polri Menerima Duit dari Freeport?
- Rasa Keadilan yang Hilang ditanah Papua
- Jangan 'Beli Kucing dalam Karung' di Pilpres 2014
- SBY Sentil Amerika
- Manipulator Keuangan Dunia_"AS Tidak Takut dengan ...
- Pembatasan BBM Bersubsidi "Menghemat dana APBN"
- Mendagri - Bikin Ormas Seperti Bikin Martabak Telor
- Rakyat Miskin Tanggung utang senilai Rp. 7,5 Juta ...
- SRMI Makassar Tolak Ruislag SD Gaddong
- Malapetaka Swastanisasi Air Di Makassar
- Merdeka Di Mata Rakyat
- Kenapa Perlu Mendukung Gerakan Pasal 33
- Tinggalkan Neoliberalisme, Kembali Ke Pasal 33 UUD...
- Krisis Kapitalisme Dan Dampaknya Di Indonesia
- Tentang ‘Gerakan Pasal 33’
- Makna “Dikuasai Oleh Negara” Dalam Pasal 33 UUD 1945
- Filosofi Pasal 33 UUD 1945 Menurut Pendiri Bangsa
- Pasal 33 UUD 1945 Sebagai Solusi Krisis Kapitalism...
- “Slim Is Beautiful”: Antara Konstruksi Budaya Dan ...
- Cerpen: Lelaki Tua dan Becaknya
- Cerita Seorang Perempuan Tua
- Perempuan Perlu Membangun Organisasi Massa
- Bung Karno Dan Gerakan Wanita
- Bung Karno Dan Kenangan Di Ende
- Dunia Maya Dan Gerakan Sosial Anti-Korupsi
- Tari Adinda: Musikku Adalah Suara Kaum Tertindas
- Nicolas Maduro, Sopir Bus Jadi Menteri Luar Negeri
- Soal Mutu Pendidikan Nasional
- Bung Karno Dan Empat Strategi Melawan Imperialisme
- Kenaikan Tarif Dasar Listrik dan Liberalisasi Sekt...
- Gerakan Konstitusional Merebut Hak-Hak Dasar
- Otonomi Daerah Dan Neoliberalisme
-
▼
Februari
(53)