Google Transtools

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Buku Tamu

Minggu, 26 Februari 2012

Membuang Cat Di Atas Aspal

Tak perlu heran, ketika banyak orang menyeberang jalan tanpa memperhitungkan keselamatan walaupun tak jauh sudah tersedia rambu rambu yang aman.
Pasalanya, undang-undang lalu lintas untuk pejalan kaki tidak jelas atau bahkan memang belum ada di negara ini. Hingga akhirnya setiap orang bebas bergerak di tengah jalan yang sebenarnya sangat membahayakan keselamatan pejalan kaki dan pengendara. Ada kalanya seorang supir dengan terpaksa harus membanting setir hingga menabrak trotoar jalan hanya karena seseorang melintas seenaknya. Siapa yang salah? Apa pun alur cerita kecelakaan antara kenderaan dan pejalan kaki, sepertinya pengendara tetap harus bertanggung jawab sekali pun mengendarai sepeda.
Satu hal yang aneh, yang salah harus mengganti rugi, dan undang undang pun tak memiliki kejelasan di masyarakat dalam pembelaan tersangka hingga tak sedikit pengendara sering di hakimi masa.

Warna Di Aspal

Ada berapa zebra cross di kota mu? Dan setiap persimpangan lampu merah kini telah di lengkapi dengan rambu-rambu yang jelas bagi pengendara dan pejalan kaki. Warna lampu berkilau, batas maksimal kecepatan kenderaan, polisi tidur dari karet yang nyaman, zebra cross terpoles cat tebal, hingga penyeberangan yang membuat lutut pegal menaikinya. Tapi sepertinya kita lebih doyan dengan mengambil jalan pintas dan mempertaruhkan nyawa.


Ya, lihat saja bocah ini yang menyeberang jalan kemana pun dia suka. Padahal zebra cross itu berada di persimpangan lampu merah yang tak jauh dari tempatnya berpijak. Jadi ketika kenderaan melintas cepat dan menyambar dirinya, sang anak tetap memiliki predikat ‘benar’ sebagai pejalan kaki.
Begitu pun ketika pagi menerangi tengah kota yang memiliki banyak ‘penjaga’ lalu lintas, pekerja tak ingin ambil pusing dengan absensi. Melompati pagar pembatas jalan, atau bahkan berlari di tengah macetnya jalan persimpangan. Dan ada kalanya pejalan kaki malah membuat jalanan pagi hari semakin macet, ya itu tadi…. realitas sosial, menyeberang seenaknya, bukan di atas cat.

Terbuang Sia Sia?

Adakah kita perduli dengan bentuk warna warni cat di aspal? Seperti jemari Paman bercerita tentang zebra cross yang menurut saya sebuah kesia siaan dalam membangun pelayanan publik dan buruknya tata kota. Anda bisa bayangkan berapa jumlah uang yang dikeluarkan untuk memoles aspal aspal di setiap sudut kota. Dibentuk hingga rapi nan indah, tapi sayang sekali ketika cat cat itu luntur bukan terkikis oleh kaki kita, melainkan roda kenderaan. Itu semua dibayar dengan uang pajak, bukan sumbangan dari pihak-pihak tertentu.
Rambu lalu lintas di negara ini tak beda seperti banner & iklan yang terpajang di sepanjang jalan, dilihat dan di patuhi kalau ada petugas berseragam di sekitarnya. Bahkan masih banyak yang menerapkan ‘kiri jalan terus’ atau karena rambu yang terpasang di lampu merah ataupun di trotoar belum juga di benahi. Belum lagi soal truk truk muatan berat yang masuk di wilayah kota. Kalau memang undang undang lantas tegas, maka muatan truk itu di pisah menjadi beberapa kali pengiriman. Tapi toh… tetap saja masuk dan tentunya di kawal petugas. Dan semua biaya membangun rambu rambu itu seperti terbuang sia sia.
Sudah berapa tahun kita mengharapkan perubahan? Tapi kita sendiri tak pernah menerapkan disiplin yang sering melekat di negara maju. Sedari dulu undang undang pejalan kaki pantas diterapkan mengingat jumlah kenderaan semakin meningkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

INGIN DOMAIN GRATIS 100% , -.COM-.NET-.ORG

INGIN DOMAIN GRATIS 100% , -.COM-.NET-.ORG
Syarat Cuman Menambahkan Teman/Pengguna (REFER FRIENDS) minimal 9 pengguna Max. 16 Pengguna.

Arsip Blog